Pelatihan Wajib MFK yang Harus Dipenuhi Saat Akreditasi SNARS 2018
Salah satu standar MFK yang cukup
ribet dalam implementasinya adalah pada MFK 11 tentang pendidikan Staf. Di
standar ini dijelaskan bahwa rumah sakit wajib menyelenggarakan edukasi,
pelatihan, tes dan simulasi bagi semua staf tentang peranan mereka dalam
memberikan fasilitas yang aman dan efektif. Standar tersebut dengan tegas
menyebutkan semua staf, hal ini mengartikan bahwa seluruh staf di rumah sakit
wajib diikutserakan pelatihan terkait MFK.
Selain semua staf, di elemen
penilaian juga dijelaskan bahwa untuk edukasi, rumah sakit wajib melakukan
edukasi kepada pengunjung, supplier dan pekerja kontrak. Jadi sudah jelas ya,
bahwa pendidikan an pelatihan MFK ini bukan hanya kepada staf saja, melainkan
kepada orang-orang diatas juga.
Selain melakukan pelatihan MFK,
rumah sakit juga wajib melakukan tes secara berkala kepada staf mengenai
beberapa hal seperti prosedur darurat, proteksi kebakaran, B3 dan penggunaan
alat medis. Tes sendiri bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti melakukan tes
tertulis atau melakukan simulasi/demonstrasi.
Nah dari poin-poin diatas bisa disimpulkan bahwa rumah sakit wajib
melaksanakan pelatihan tekait MFK, tes pengetahuan terkait MFK dan simulasi
terkait MFK.
Nah pertanyaannya sekarang,
pelatihan apa saja sih yang wajib diberikan kepada semua staf? Edukasi apa yang
cocok diberikan kepada pengunjung, supplier dan pekerja kontrak? Lalu apa
mungkin dalam setahun rumah sakit dapat melaksanakan hal itu semua? Oke semua
pertanyaan itu mari kita bahas satu persatu.
Berdasarkan maksud dan tujuan di
MFK 11, kita bisa simpulkan bahwa pelatihan yang wajib diberikan adalah
pelatihan soal penanggulangan bencana, proteksi kebakaran, penanganan B3 dan
penggunaan alat medis.
Untuk pelatihan penanggulangan
bencana sendiri bila melihat standar MFK ada bebeapa yang harus dilakukan
pelatihan, seperti penanggulangan kebakaran, gempa bumi, penculikan bayi,
ancaman bom dan huru hara hingga penanganan epidemi/pandemic. Dalam melakukan
pelatihan soal ini tentu rumah sakit sudah harus punya panduan penanggulangan
bencana dan SPO penanggulangan bencana-bencana diatas. Jadi garis besar
pelatihannya adalah apa yang ada di panduan dan spo tersebut. Sasaran pelatihan
ini wajib seluruh staf ya.
Pelatihan proteksi kebakaran yang
bisa kamu lakukan adalah pelatihan penggunaan APAR dan Hydrant. Pelatihan APAR
bisa kamu wajibkan untuk seluruh staf, sedangkan untuk hydrant bisa untuk
orang-orang terpilih saja atau tim hydrant RS atau tim penanggulangan bencana
RS. Kamu juga bisa tambahkan pelatihan pemadaman api dengan fire blanket atau
karung goni basah. Untuk pelatihan ini saya kira lebih bagus dilakukan dengan
adanya api sungguhan ya.
Untuk pelatihan terkait B3, kamu
bisa melakukan pelatihan terkait penanganan tumpahan B3. Sasaran pelatihan ini
bisa seluruh perawat, petugas lab, petugas radiologi dan petugas cleaning
service. Tumpahan B3 yang tidak melulu soal darah atau cairan pasien, kamu juga
bisa memberi penambahan soal B3 kimia seperti B3 dengan sifat asam, basa,
ataupun merkuri. Pelatihan B3 tidak hanya terbatas soal tumpahan B3 saja, namun
juga pelatihan terkait handling B3 yang ada di RS termasuk handling limbah B3.
Pelatihan alat medis dilakukan
untuk alat medis yang beresiko saja. Sasaran pelatihan ini adalah petugas yang
mengoperasikan alat medis beresiko.
Kalau untuk pelatihan system
utilitas, pelatihan ini mirip dengan pelatihan alat medis. Cuma sasaran dari
pelatihan ini adalah staf IPSRS. Staf ini wajib dilakukan pelatihan mengenai
pengoperasian system utilitas yang ada di rumah sakit.
Nah untuk Edukasi ke pengunjung,
supplier dan pekerja kontrak kamu bisa bekerja sama dengan Tim Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Materinya tentang MFK, mungkin spesifik ke
penanggulangan bencana, pencegahan kebakaran, safety induction, cara evakuasi
dan prosedur darurat lainnya. Kalau saya sendiri sih setiap bulan ada dua kali
terjun ke area ruang tunggu pasien dan melakukan edukasi soal MFK disana.
Apakah dalam satu tahun rumah
sakit wajib melaksanakan seluruh diklat diatas? Saya kira jawabannya ya karena
hal itulah yang memang diminta standar. Lalu bagaimana cara melaksanakan
pelatihan sebanyak itu dengan sasaran yang banyak? Saya akan menjelaskan
bagaimana cara saya melengkapi standar MFK 11 ini.
Di rumah sakit saya, tim diklat
punya kebijakan bahwa untuk sertifikat training/pelatihan masa berlakunya
adalah 3 tahun. Saya berada di rumah sakit yang sebelumnya belum pernah
melaukan pelatihan MFK.
Tahun 2020 ini saya melakukan
pelatihan penanggulangan bencana dan simulasinya untuk seluruh staf. Pelatihan
ini saya bagi menjadi beberapa sesi karena dalam satu sesi saya hanya
memberikan kuota 200 orang saja. Nah di pelatihan tersebut materi yang dberikan
adalah penanggulangan seluruh bencana. Saya melakukan pre dan postest untuk
mengukur pengetahuan peserta. Saya pun melakukan simulasi di akhir pelatihan.
Simulasinya berbentuk simulasi gempa bumi dan kebakaran atau bom dan huru-hara.
Seluruh pelatihan ini saya lakukan di bulan Maret dan April. Untuk ketercapaian
pesertanya sendiri saya menargetkan 85% saja. Seluruh peserta yang lulus saya
berikan sertifikat pelatihan.
Nah Lalu dibulan Juli, saya
Kembali melakukan pelatihan penggunaan APAR untuk seluruh karyawan. Pelatihan
sendiri menggunakan apar secara sungguhan untuk memadamkan api sungguhan.
Target pesertanya pun sama yakni 85%. Teknis pelaksanaannya saya samakan dengan
pelatihan penanggulangan bencana diatas.
Tahun 2021 dan 2022, saya tinggal
melakukan pelatihan kepada 15% peserta yang belum ikut dan staf-staf baru saja.
Budgetnya pun otomatis tidak sebesar yang pertama. Untuk 85% peserta yang sudah
pernah ikut, saya lakukan tes tertulis kepada mereka. Untuk staf yang nilainya
tidak memenuhi standar saya ikutsertakan lagi ke pelatihannya. Selain tes
tertulis saya juga melakukan simulasi kecil-kecilan di setiap unit. Jadi untuk
melihat apakah pengetahuan dan skillnya masih mumpuni atau tidak.
Untuk simulasi sendiri saya
lakukan tiga jenis simulasi. Simulasi saat pelatihan, simulasi kecil-kecilan di
tiap unit dan simulasi mendadak. Khusus untuk simulasi mendadak ini saya
lakukan paling setahun dua kali. Tentu dilakukan dengan hanya segelintir orang
saja yang tahu.
Seluruh pelatihan, edukasi,
simulasi dan tes yang saya dilakukan saya selalu berlakukan untuk rapi
administrasi. Jadi setiap melakukan pelatihan/simulasi selalu saya buatkan
proposal, undangan, materi, absensi, debriefing, notulen, foto- foto kegiatan,
contoh sertifikat dan laporan kegiatannya. Saat akreditasi saya tinggal
mengumpulkan dokumen-dokumen itu. Jadi tidak begitu riweuh lagi.
Posting Komentar untuk "Pelatihan Wajib MFK yang Harus Dipenuhi Saat Akreditasi SNARS 2018"